Penulis : Isa Anshori
Ukuran : 15.5 x 23 cm
Tebal :
ISBN : Proses
Buku ini
menjungkirbalikkan beberapa stigma di Muhammadiyah. Ada stigma bahwa Muhammadiyah sebagai gerakan sosial
keagamaan kering dari spiritualitas karena didominasi oleh rasionalisme sebagai
akibat dari modernisasi keagamaan. Hal ini didukung oleh kencenderungan
Muhammadiyah untuk menolak beberapa praktik-praktik tarekat dan melihatnya
dalam term takhayul, bid'ah dan churafat serta kultus individu. Ada juga stigma
bahwa Muhammadiyah terlalu bercorak legal-formal (fikih oriented) dalam
perilaku keberagamaannya, karena pemikiran keagamaan didominasi oleh ulama
syariah yang berorientasi pada kemurnian ajaran Islam.
Buku tentang
dimensi ‘irfāni> dalam Majlis Tarjih dan Tajdid Jawa Timur ini memperlihatkan gambaran
yang sebaliknya dari stigma-stigma itu. Muktamar Muhammadiyah tahun 2000 memperluas
pendekatan menjadi tiga bayāni>, burhāni>, dan ‘irfāni>. Hal ini berbeda dengan sebelumnya, yaitu ijtihad baya>ni>, qiya>si> dan istisla>h}i> yang berorientasi pada teks (nas}s}) Al-Qur’an dan
al-Sunnah.
Pendekatan ‘irfāni> adalah suatu jenis spiritualitas yang telah menjadi satu bagian pendekatan resmi gerakan Muhammadiyah. Metode ‘irfāni> mencapai hakikat adalah berdasarkan pada kashf (penyingkapan) dan shuhu>d (penyaksian) tetapi diterjemahkan dalam bahasa rasional. Hal ini berbeda dengan spiritualitas yang menolak untuk menjelaskan secara rasional.
Uniknya di Muhammadiyah, spiritualitas ini bukan semata kegiatan individu, tetapi juga kegiatan sosial dalam membuat keputusan kolektif organisasi Muhammadiyah. Usaha menyucikan jiwa dilakukan secara berjamaah dalam kerja sosial yang sepi ing pamrih. Hal ini membuat Muhammadiyah mampu mengaplikasikan norma-norma ajaran melampaui pengertian spontan biasa. Larangan menghardik anak yatim dan anjuran memberi makan fakir miskin diterjemahkan dalam bentuk pendirian panti asuhan, rumah sakit dan sekolahan. Nahi mungkar perzinahan di lokalisasi diwujudkan dalam bentuk program pemberdayaan para pekerja seksual dan keluarganya. Amar makruf diterjemahkan dalam bentuk yang lebih komprehensif yaitu fikih tata kelola, fikih air, fikih kebencanaan, fikih difabel dan sebagainya.
Dalam buku ini, pembaca akan diajak untuk memahami bagaimana Muhammadiyah membangun sisi spiritualitasnya, rasionalitas, dan ketaatan dalam gerakan yang berdampak sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar