Penulis: Rusydina Lailani, Nur Alfi Hasanah, Putri Nurul Hidayah, Sofiatun Nikma, Ulya Arwita, Schedtzi Deva Ipe Febri Efendi, Siti Nafisatul Ainiyah, Ummi Shofa Nur Faizah, Ni’mah Al Mufaddilah, Safiratus Solihah
Editor: Solehodin
Ukuran: 15.5 x 23 cm
Tebal: iv+259
ISBN: Proses
Buku ini semacam membawa angin segar yang akan
memberikan informasi menarik, karena disusun secara tekstual sesuai dengan al-Qur’an
dan pendapat ulama salaf serta kontekstual sesuai dengan pemahaman zaman yang
dibutuhkan. Buku ini disusun oleh beberapa para pengkaji Qur’anic Studis dengan
berupaya memahami al-Qur’an dan pendapat-pendapat Ulama Tafsir baik dari Timur
Tengah ataupun Ulama Nusantara.
Al-Qur’an menjadi pentunjuk bagi umat manusia,
khususnya untuk umat yang beriman dan bertakwa. Hal ini sudah al-Qur’an
tegaskan secara jelas dalam al-Qur’an, di antaranya yaitu pada Qs. Al Baqarah (2;2). Sejarah panjang al-Qur’an
hingga saat ini telah berlalu selama 14 abad membersamai kehidupan manusia.
Pertama, al-Qur’an ditrurunkan oleh Allah melalui malaikat Jibril sebagai wahyu
kepada Nabi Muhammad SAW, juga sekaligus menjadi mukjizat yang wajib
disampaikan kepada umat manusia. Kedua, preode Nabi menyampaikan kepada para
sahabat yang berangsur selama 23 tahun. Pada bagian-bagian ayat yang sahabat
tidak ketahui, mereka menanyakan dan mengkonfirmasi kepada Nabi lalu Nabi
menjelaskan terkait hal-hal yang belum diphamai oleh sahabat dari al-Qur’an.
Pada posisi ini Nabi secara otomatis menjadi penafsir pertama terhadap ayat al-Qur’an.
Terlebih dari itu dalam al-Qur’an Nabi tidak hanya sekedar penafsir tetapi juga
apa yang disampaikan oleh Nabi merupakan wayu dari Allah SWT. Ketiga yaitu
preode dimana sahabat menyampaikan kepada tabiin atau generasi kedua setelah
sahabat. Preode ini sudah mulai diwarnai dengan ijtihad para sahabat dalam
menyampaikan al-Qur’an. Ijtihad sahabat merupakan jalan utama untuk memahami al-Qur’an.
Karena sahabat merupakan umat pertama yang menyaksikan wahyu hadir di tengah
mereka baik dalam bentuk kalam Allah seperti al-Qur’an dan hadis Qudsi, atau
dalam bentuk sunah Nabi seperti perkataan, prilaku, tindakan atau ketetapan
Nabi. Keempat, preode tabiin yang merupakan preode ijtihad mulai bervariatif,
hasil penafsiran ulama sudah mulai dibukukan ditulis disalin dan
disebarluaskan. Ijtihad ini merupakan jalan alternatif dalam memahami ayat-ayat
al-Qur’an yang tidak dapat dipahami secara langsung dari al-Qur’an itu sendiri,
hadis Nabi atau perkataan sahabat. Sehingga rujukan terakhir untuk memahami al-Qur’an
yaitu melalui ijthad penafsiran ulama-ulama setelah sahabat melalui kitab-kitab
tafsirnya yang telah beredar di tengah masyarakat Islam yang luas. Dalam kajian
ulumul Qur’an keempat sumber tersebut al-Qur’an, Hadis Nabi, perkataan sahabat
dan ijtihad tabiin merupakan sumber otentik yang dikenal dengan istilah al-As}i>l Fi> al-Tafsi>r. Sebaliknya sumber-sumber yang tidak berdasar, tidak bersumber dari
keempat tersebut dan melakukan penafsiran yang tidak obyektif disebut sebagai al-Dakhi>l fi> al-Tafsi>r (infiltrasi dalam tafsir).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar